Pertolongan kepada orang lain merupakan salah satu perilaku yang patut diteladani oleh setiap orang. Yang dapat melapangkan jalan seseorang untuk mendapatkan bimbinganNya
adalah ketika memberikan pertolongan kepada orang lain tanpa pamrih sampai-sampai dia lupa pada dirinya sendiri. Meskipun demikian dia merasa belum berbuat apa apa bagi orang lain.
Orang seperti ini cenderung memilki prinsip “siapapun yang kaya akan kebijaksanaan dalam hidup tidak akan pernah menderita dalam kemiskinan”. Di sisi lain, dia juga menyadari bahwa ketika dia dipandang sebagai orang yang kaya akan kebijaksanaan, sesungguhnya dia masih merasa sangat miskin. Ini disebabkan karena dia tidak pernah sekejap pun lengah dalam mengawasi dan mengendalikan segala sesuatu yang bergerak di dalam bathinnya.
Ia tetap dapat melihat dengan jelas orang orang yang hidup bergelimang harta, namun sibuk dan direpotkan dengan hartanya sendiri. Orang yang berkuasa, repot menggenggam erat kekuasaanya. Orang terhormat dan berwibawa justru tak pernah beristirahat karena sibuk menjaga kehormatannya.
Sampai pada titik ini, ia pun merasa bahwa dirinya sama sekali tidak dapat memberikan manfaat bagi orang lain. Seperti halnya para wali, rasul dan nabi sekalipun, merasa tak dapat / belum dapat berbuat apa apa bagi orang lain. Karenanya segenap kehendak, hasrat dan keinginan untuk dapat menolong orang lain serasa lenyap, sehingga dalam menjalani sisa hidup, ia bagaikan air mengalir mengikuti liku sungai hingga pada suatu saat berakhir dimuaranya.
Dalam pandangannya, dunia dan seluruh isinya hanyalah gelap gulita, sehingga kemegahan atau apapun di dunia ini tidak menarik baginya. Dunia baginya hanyalah ajang bagaimana berbuat baik dan menolong sesamanya.
Source: diubah dari Muhaji F, 2012